Tulisan ini merupakan tulisan dari seorang wanita muda yang sangat optimis dan sangat berkeinginan untuk berhasil maju di usia muda. Wanita muda yang sangat optimis ini bernama Rima Permata, beliau menceritakan sebuah kisah perjuangan hidupnya dalam mengejar sebuah impian keberhasilan. Beliau ceritakan juga dalam tulisanya ini bagaimana cara agar dia dapat selalu termotivasi untuk mengejar keberhasilanya tersebut, walaupun cara tersebut adalah cara yang aneh bagi kita bahkan konon pernah juga ditertawakan oleh teman-temanya.
Bagaimana cerita dari Rima Permata ini dan apa cara aneh yang ia sebut sebagai "terapi" tersebut? Silahkan disimak tulisan ceritanya berikut ini yang kami ambil dari www.youngontop.blogspot.com.
Sebelumnya saya ingin menginformasikan bahwa saya adalah new comer. Saya baru mengikuti twitter dan blog youngontop. Begitu saya baca apa yang ada di dalam blog tersebut, saya sangat kagum dan bangga bahwa Indonesia masih memiliki kaum muda yang optimis, realistis dan sangat berkeinginan untuk berhasil maju di usia yang muda.
Saya Rima Permata, umur 22 tahun. Di umur 22 tahun ini saya masih belum seberhasil anda yg telah lulus S1 dan S2 dengan cumlaude. Saya hanya berhasil lulus S1 dari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Airlangga di usia 20 tahun. Sekarang saya bekerja dan masih belum melanjutkan S2, tapi sedang mengarah ke sana. Saya salut dengan Anda yang berhasil meraih master di usia muda. Saya ingin berbagi cerita disini.
Masa muda adalah masa yang sangat menggembirakan, saat dimana kita bisa melakukan hal-hal yang jarang bisa dilakukan saat kita tidak muda. Sewaktu kuliah saya termasuk aktivis yang suka meramaikan hiruk pikuk organisasi mahasiswa, hingga di saat saya semester 6, saat saya bermimpi menjadi orang pertama wanita yang berhasil lulus kurang dari 3 tahun dengan cumlaude, saya diberi tanggung jawab untuk memimpin satu bidang di himpunan mahasiswa akuntansi. Oleh bapak ketua saya diberi amanah untuk membidangi satu hal baru yang belum ada sebelumnya, Fund Raising. Antara bangga dan tidak mau mengacaukan keinginan saya untuk selesai kuliah di semester 6. Saya minta waktu sehari untuk memikirkannya.
Saya yakin ketika saya mengambil kesempatan emas ini saya akan kaya pengalaman tapi saya juga ragu, apakah saya bisa meraih mimpi saya tadi. Saya ingin membanggakan keluarga, dosen dan kerabat yang menaruh harapan ke saya. And I took that chance. Saya benar-benar tidak ingin dipermainkan oleh waktu. Saya yang harus mengatur waktu tersebut. Saya harus berbeda sekarang. Saya tidak boleh sama dengan Rima di saat saat yang lalu. Karena jika saya tetap sama, saya tidak cukup yakin, I could handle all of the things right.
Saya buat perencanaan, jadwal, prioritas dan quote-quote yang bisa memacu semangat saya. Dinding kamar saya penuh dengan kertas karton. Saya percaya dengan terapi ini, karena kamar adalah tempat yang pasti saya hampiri setiap harinya, dan di saat saya memandang dinding, saya pasti akan membaca apa yang saya tulis disitu. Meski saya hafal atas apa yang saya tulis, setiap saya baca kembali, saya seperti di re-charge, terpompa lagi semangatnya untuk make something. Tidak ingin hanya jadi mahasiswa biasa, itu pointnya.
Alhamdulillah, di akhir masa kepemimpinan, tim kami berhasil menyumbangkan hampir Rp 18.000.000,- untuk almamater. Jumlah yang cukup besar bagi kami. Mengingat waktu yang diberikan hanya satu semester dan kita benar-benar dituntut untuk sekreatif mungkin menjadi mesin pencetak uang bagi himpunan. Mulai dari berjualan baju bekas hingga meng-arrange suatu acara besar kami lakoni. Banyak pengalaman, wawasan, pengetahuan baru yang tidak didapat di kelas saat kuliah. Saya senang dan bangga atas upaya kami ini.
Selesai satu hal, masih ada hutang saya satu lagi ke keluarga, dosen dan kerabat. Total satu semester, konsentrasi untuk skripsi total tercurah hanya 3 bulan, mengingat waktu yang bersamaan pula saya harus KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan menyelesaikan 3 mata kuliah. It was a very hard semester. Saya masih tetap tidak ingin kehilangan masa-masa bermain dengan para sahabat. Saya tetap bersosialisasi dengan mereka. Konsekuensinya, memang waktu istirahat saya yang sangat kurang. Tapi tak apalah, demi pencapaian mimpi saya.
Tanggal 4 Agustus 2008, skripsi saya di-acc dosen pembimbing, dan saya harus maju untuk sidang tanggal 14 Agustus 2008. I was shock. I only had less ten days to make it. Saya harus belajar untuk komprehensif (yang diujikan mata kuliah dari semester satu hingga enam) dan skripsi saya. Saya bingung, apa dulu yang harus dipelajari. Kembali, saya membuat perencanaan dan prioritas mata kuliah. Saya baca summary saya saat kuliah, banyak konsultasi dengan senior serta dosen. Dan Alhamdulillah, hari itu, kamis, 14 Agustus 2008, i made it. Saya lulus dengan nilai AB dan menjadi wanita pertama lulus 2 tahun 11 bulan dengan IPK 3,91. Tangis haru keluarga dan teman-teman yang mendampingi, membuat saya diam terpaku dan makin percaya bahwa apa yang ada di pikiran kita adalah hal yang nyata. Hingga tanggal 25 Oktober 2008, saya berhasil menjadi Wisudawan Terbaik Universitas Airlangga Surabaya.
Saat ini, saya bekerja di salah satu perusahan swasta besar yang bergerak di bidang otomotif di daerah Jakarta Utara. Dan kembali dipercaya mengkoordinir tiga orang senior serta membawahi bidang yang belum pernah saya duga sebelumnya.
Semoga cerita sederhana ini bisa memompa semangat kawan-kawan muda yang sedang kuliah atau sekolah, bahwa jangan pernah putus asa atas apa mimpi Anda. Justru di saat anda kuliah ini adalah saatnya anda berbuat, tidak hanya secara akademis saja. Banyak hal yang bisa kita ukir. Be different.
$$$$$$$$
Cerita yang sangat bagus bukan? Walaupun sederhana tapi di dalamnya sangat mengandung pelajaran yang berharga bagi kita (suami, istri dan bagi anak-anak). Semoga tulisan ini menjadi motivator bagi kami dan bagi anda, untuk membuka kembali wawasan bahwa sebuah keberhasilan sangat tergantung pada diri kita sendiri. Walaupun ada yang mengatakan bahwa keberhasilan adalah keberuntungan akan tetapi kami katakan bahwa keberuntungan itu tidak akan datang kecuali bersama dengan apa yang telah kita usahakan.
Kalau ada orang yang telah berhasil seperti Rima di atas, maka keberhasilan itu bukanlah suatu kemustahilan bagi diri kita. Mari kita kejar keberhasilan tersebut baik dalam masalah keluarga, pekerjaan, pendidikan ataupun hal lainya yang menjadi impian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar